JEJAK KATA, Tangerang – Obrolan singkat tim redaksi jejakkata.news bersama Prof. Bambang Haryanto, Peneliti Sagu dari BPPT Pusat, di Resto Dapoer Djatidiri, Kebon Djatidiri Panongan, Tangerang, Minggu (25/09/2022), cukup inspiratif dan layak dibagikan kepada pembaca.
Profesor bidang teknologi pascapanen (teknologi pengolahan hasil pertanian) yang saat ini intens melakukan penelitian terhadap sagu itu, mengatakan bahwa sagu sudah dikenal dalam banyak bahasa di berbagai daerah, seperti Sunda, dan Jawa. Dalam bahasa Jawa, kata Prof. Bambang, orang menyebut beras ‘sego’, begitu pun orang Sunda yang menyebutnya sebagai ‘sangu’. Namun menurutnya, arti kata tersebut berasal dari kata ‘sagu’ yang merupakan makanan pokok.
“Orang Jawa menyebut nasi itu kan ‘sego’, orang Sunda ‘sangu’. Arti kata tersebut pada awalnya adalah ‘sagu’, ujar Prof. Bambang Haryanto.
Prof. Bambang juga menjelaskan, sagu memiliki kualitas yang baik sebagai sumber makanan. Meski harus diakui bahwa kandungan gizi (lemak, karbohidrat, dan protein) dalam sagu tidak sebanyak yang ada pada sumber makanan lain.
“Namun, jika diukur melalui pati yang dihasilkan, sagu jelas lebih baik,” katanyanya.
Sagu memiliki kandungan gula paling rendah diantara berbagai sumber makanan, sehingga sangat aman dikonsumsi oleh berbagai kalangan, terutama penderita diabetes.