JEJAK KATA, Tangerang – Tingkat polusi yang kian hari kian mengkhawatirkan membuat sosok ilmuan perempuan Indonesia, Prof. Eng, Eniya Listiana Dewi ingin mengimplementasikan keilmuannya dengan menciptakan kendaaraan ramah lingkungan. Pemegang gelar Doctor of Engineering dari Universitas Waseda Tokyo ini, menciptakan inovasi teknologi fuel cell untuk kendaraan bebas emisi.
Tidak hanya pada mesin kendaraan saja, menurut perempuan kelahiran Magelang 14 Juni 1974 ini, inovasi teknologi fuel cell tersebut bisa diterapkan pada mesin industri.
Saat wawancara eksklusif dengan jejakkata.news di Resto & Cafe Citra Dapur Jatidiri Panongan, Kabupaten Tangerang, Minggu 25 September 2022, Prof. Eniya menjelaskan, teknologi fuel cell, atau sel bahan bakar yang dikembangkannya itu merupakan sel elektronik, semacam aki atau baterai, yang dapat mengubah sumber bahan bakar seperti hydrogen dan atau hydrokarbon menjadi arus listrik searah.
“Sel-sel ini berpotensi digunakan sebagai sumber energi ramah lingkungan bagi berbagai sektor kehidupan termasuk keperluan rumah tangga, termasuk untuk kegiatan industri,” ujar Prof. Eng, Eniya Listiana Dewi.
Ia juga mengungkapkan, dari penemuannya itu, inovasi Fuel Cell ini juga diterapkan pada kendaraan maupun mesin industri, tidak menhasilkan asap, namun pada kendaraan atau pun cerobong mesin industri akan mengeluarkan air. Sehingga lebih ramah lingkungan, dan bisa mengurangi tingkat emisi serta polusi.
“Jadi (sustem kerja Fuel Cell-red) Hydrogen dan oksigen bertemu menghasilkan air, dan bisa menggerakkan roda mobil, tapi kenalpotnya mengeluarkan air. Jadi ramah lingkungan, emisinya turun. Semoga ini nanti menjadi solisi penurunan emisi,” tandansya.
Inovasi energi Fuel Cell ini sendiri menurut Prof. Eniya, jika diterapkan pada kendaraan hydrogen, Live Time-nye lebih panjang dari batrry listrik, yaitu bisa lebih dari 12 tahun. Sehingga jarak tempuhnya lebih besar.
Dari berbagai penemuannya, Prof. Eniya banyak mendapatkan penghargaan baik di tingkat nasional maupun internasional. Diantaranya adalah, pada 2003 lalu, ia mendapat penghargaan Mizuo Award dan Koukenkai Award dari Universitas Waseda, yaitu berkat temuan katalis bahan bakar yang terbuat dari unsur vanadium. Selain itu, karya ilmiah Prof. Eniya lainnya, yaitu metode penambahan nanopartikel, juga berhasil mendapatkan penghargaan bergengsi, Asia Excellence Award yang dianugerahkan oleh Society of Polimer Science, Jepang. Dan, pada tahun 2010 lalu, Prof. Eniya menjadi wanita termuda mendapatkan penghargaan Habibie Award.
Tidak hanya sampai di situ saja, pada tahun yang sama Prof. Eniya berhasil menemukan sebuah membran sel bahan bakar yang diberinama Thamrion. Nama ini diambil dari diambil dari gabungan kata Thamrin, lokasi kantornya bekerja. Thamrion sendiri meripakan Ion, membran polimer untuk sel bahan bakar yang lebih efisien dan mampu bersaing dari segi harga di pasar. Tak hanya surat paten, Thamrion temuannya itu juga mendapatkan Penghargaan Inovasi HKI 2010 yang diberikan Direktorat Jendral HKI Indonesia. (WH)