JEJAK KATA, Jakarta – Diduga ada pungutan hingga puluhan juta di Yayasan Cakra Sehati, yaitu tempat rehabilitasi korban pecandu Narkoba di wilayah Jakarta Selatan.
Dugaan ini mencuat dari pengakuan salah seorang korban pecandu Narkoba berinisial R yang ditangkap oleh pihak Kepolisian Sat Narkoba Polres Metro Jakarta Barat, dan direhabilitasi di yayasan tersebut. Menurutnya ia diminta membayar uang puluhan juta karena pada waktu itu ia tidak mau dipindahkan ke tempat Rehabilitasi Lido, Jawa Barat.
“Awalnya diminta Rp20 juta sama bro Ardi (salah seorang pengelola yayasan-red), enggak tahu buat apaan? Katanya sih, supaya saya enggak dioper ke Lido, harus bayar segitu,” ungkap R kepada jejakkata.news.
R juga membeberkan perlakuan dari pihak yayasan kepada dirinya yang harus mengeluarkan biaya makan Rp100 ribu per-hari untuk makan selama dua minggu menjalani rehabilitasi.
“Itu satu hari seratus ribu, saya jatah makan di sana. Makan cuma nasi ‘segini’, sama gorengan dan kuah sayur doang. Kalau mau balikin lagi saja duit saya kalau bisa, ribet tuh, pontang panting cari duit segitu,” sambungnya sambil memperagakan saat diberi makan.
Sebelumnya, R ditangkap oleh Tim Sat Narkoba Polres Jakarta Barat dengan Surat Perintah Penangkapan Nomor: SP-Kap/337AX/2022/Nkb Res-Jb tertanggal 21 September 2022, karena kasus penyalahgunaan Narkoba dengan barang bukti ganja satu linting. R, kemudian dilimpahkan ke Yayasan Rehabilitasi Cakra Sehati di wilayah Jakarta Selatan guna menjalani rehabilitasi.
Sementara, Ketua Yayasan Rehabilitasi Cakra Sehati, Wilis membantah adanya uang tebusan berkisar hingga puluhan juta rupiah itu. Ia mengaku, R hanya membayar sebesar Rp3 juta.
“Membayarkan uang sebesar Rp3 juta untuk biaya detoxifikasi selama 12 hari, biaya penjemputan, biaya pemeriksaan medis di sini selama 3 kali, biaya mengakes therapy kelompok, rawat jalan, konseling assessment, tes urin,” jelasnya.
Wilis juga mengungkapkan bahwa R dinyatakan bebas dengan catatan sedang rawat jalan. Ia juga merincikan biaya rawat jalan yang sudah ditentukan Rp7,5 juta.
“Kita tidak meminta puluhan juta mas. Misal, rawat jalan di kita 7,5 juta per-bulan, kemudian dari hasil assessment ternyata penggunaan sedang. Artinya butuh 3 bulan untuk proses pemulihan. Kenapa ada nominal puluhan ya? Dari 7,5 juta x 3, tetapi itu bukan suatu yang mutlak,” tutupnya.