JEJAK KATA, Tangerang – Kuda lumping merupakan salah satu kesenian tradisional dari daerah Jawa, baik Jawa Tengah maupun Jawa Timur. Kuda lumping merupakan jenis seni tari kolosal, dimana para penarinya menggunakan property anyaman bambu yang dibentuk menyerupai kuda, yang melambangkan kendaraan para prajurit kaveleri tempo dulu.
Kostum atau seragam para penari kuda lumping ini pun beragam, warna-warni, sesuai daerah asal. Mulai dari gaya mataraman, jawa timuran hingga kostum seperti wayang orang.
Roti Bakar dan Kukus Pak Sugeng Jatilawang Banyumas, Mantap!
Di daerah Jawa Tengah, ada yang mengaitkan tarian ini dengan cerita gagahnya Arya Panangsang dengan Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya. Namun di berbagai daerah di Jawa Timur ada cerita yang berbeda. Namun, terlepas dari history dan asal-usulnya, tari kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.
Mie Ayam Pangsit Pak Moto, “Recommended” dan Rasanya Jos Gobyos
Nah, bica soal kuda lumping, di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur pun memiliki istilah yang berbeda-beda. Di daerah Yogyakarta, misalnya, tarian kuda lumping disebut jathilan, di daerah Jawa Timur ada yang menyebut jaranan. Berbeda dengan daerah Jawa Tengah bagian ngapak, yaitu Banyumas dan sekitarnya, kesenian ini disebut ebek.