JEJAK KATA, Tangerang – Pada akhir 90-an dan awal tahun 2000-an, nama Wowok Hesti Prabowo kerap muncul di media-media cetak, baik lokal maupun nasional. Wowok adalah salah seorang penggagas dan pendiri Komunitas Sastra Indonesia (KSI), inisiator forum diskusi Komunitas Kebon nanas (KKN), Ketua Dewan Kesenian Tangerang (DKT), dan pelopor pendirinya Lembaga Pelatikan Komunikasi Masyarakat (LPKM).
LPKM sendiri merupakan satu lembaga yang mencetak para kaum Jurnalis, penulis novel, cerpen dan sastrawan puisi. Bersama-sama dengan seniman Tangerang kala itu, yang diantaranya adalah para seniman buruh, Wowok selalu membuat gebrakan-gebrakan baru melalui kegiatan kesenian. Baik di wilayah Tangerang maupun di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Ditinggal Orang Tuanya Buang Air Seorang Balita Tenggelam di Kali Tambun
Dengan karya-karyanya yang sentimentil, kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah, terutama ketika Pemkot Tangerang mengeluarkan Perda tentang pelacuran. Karena, menurut Wowok Perda ini membabat habis, setiap perempuan yang keluar malam hari di pinggir jalan dianggap sebagai wanita penghibur. Wowok sangat menentang, karena Tangerang sebagai daerah industri, dimana para pekerja beraktivitas tidak hanya pada siang hari saja, sehingga ketika buruh perempuan yang beraktivitas malam menunggu bus jemputan di pinggir jalan, kerap digaruk oleh Satpol PP.
Keren! Dua Artis Lucu Beri Pencerahan di Acara Maulid Nabi Sekolah Citra Nusantara
Setelah lebih dari 10 tahun, sosok nyentrik yang kini sudah “meninggalkan dunia hitam” lantaran rambut, kumis, serta jenggotnya memarak itu, lini eksis kembali dalam dunia inovasi dan pendidikan. Ya, budayawan satu ini, sekarang lebih banyak tafakur dan menjadi pemerhati bahkan praktisi pendidikan.
Wowok menginisasi berdirinya Taman/Kluster Inggris di Taman Raya Citra Raya Tangerang serta membimbing siswa-siswi SMA yang hendak masuk Perguruan Tinggi Negeri.