JEJAK KATA, Rembang – Lasem merupakan salah satu kota kecil yang berada di wilayah Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Sebagai daerah pesisir, Lasem memiliki banyak keunikan. Ada satu keunikan yang tidak semua daerah di Indonesia memilikinya, yaitu keberagaman kultur dan budaya.
Di kota kecil ini ada tiga kultur masyarakat yang sampai hari ini hidup rukun berdampingan, yaitu masyarakat lokal (Jawa Lasem), etnis Tionghoa dan keturunan Arab. Untuk masyarakat Jawa Lasem dan Arab, mereka adalah penganut Muslim, sedangkan etnis Tionghoa rata-rata penganut Budha, Konghuju dan Kristen. Pun demikian, mereka hidup saling nenghargai dan menjunjung tinggi toleransi.
Dari berbagai sumber, peradaban Islam di tanah Lasem tak lepas dari sejarah masuknya orang-orang Cheng Ho di wilayah ini pada abad ke-15, atau sekitar tahun 1413 masehi. Yaitu, jauh sebelum Sunan Bonang atau Raden Maulana Makdum Ibrahim. Orang-orang Cheng Ho ini membawa pengaruh Islam dan perdaban baru bagi masyarakat Lasem dan sekitarnya. Selain membawa misi Islam, orang-orang Cheng Ho yang masuk ke Lasem yang kala itu dipimpinan Bi Nang Un tersebut, adalah mengenalkan berbagai kesenian seperti seni tari, membuat slepi, dan seni batik.
Bi Nang Un sendiri berasal dari negeri Cempa yang saat ikut dalam ekspedisi Cheng Ho dari negara Tiongkok. Saat itu, orang-orang dari Cempa juga banyak didominasi oleh orang-orang Tionghoa penganut Islam. Bi Nang Un mendarat di Lasem, diperkirakan di Pelabuhan Regol, yang berlokasi di Pantai Binangun, Desa Bonang, Lasem.
Menurut Sejarawan Lasem, Edi Winarno, pada saat orang-orang Cheng Ho datang ke tanah Lasem ini, pernah membuat masjid di sekitar Jalan Dasun, Desa Soditan. Masjid yang dulunya didirikan oleh orang-orang Cheng Ho ini, diyakini berlokasi tepat di tampat yang saat ini berdiri Klenteng Cu An Kiong, sebuah klenteng yang disebut-sebut sebagai klenteng tertua di tanah Nusantara.