JEJAK KATA, Jakarta – Stunting adalah persoalan yang berkaitan dengan gangguan pertumbuhan fisik pada anak, di mana tinggi badan lebih pendek dari anak-anak seusianya. Gangguan pertumbuhan ini mempengaruhi perkembangan otak, kemampuan belajar, dan kesehatan dalam jangka panjang.
Nah, bicara soal stunting, saat ini pemerintah sedang serius melakukan upaya untuk mengatasi persoalan tersebut, yaitu untuk memperbaiki nasib generasi penerus bangsa, agar menjadi generasi yang cerdas, sehat dan tangguh. Dalam hal ini, Presiden Joko Widodo menunjuk Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, sebagai Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting. Dengan target, pada awal tahun 2021 hingga 2024 bisa mencapai penurunan menjadi 14 persen.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) di tahun 2023, data anak stunting di Indonesia masih berada di angka 21,5 persen. Kondisi ini jelas sudah menurun dibandingkan tahun 2019 yang menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI), data stunting di Indonesia menyentuh angka 27,67 persen.
Apalagi di tahun 2017, saat Pemantauan Status Gizi (PSG), mencatat jumlah prevalensi balita stunting di negeri ini berada pada angka 29.6 persen. Melihat kondisi di atas, perlu kita sadari bahwa tunting adalah kondisi yang benar-benar tidak boleh kamu anggap remeh, karena berkaitan dengan masa depan bangsa.
Meskipun laporan stunting Kemenkes menunjukkan penurunan dalam kurun 4 tahun tahun, tetapi angkanya tetap saja masih cukup tinggi. Maka bisa dikatakan kalau stunting masih menjadi ancaman bagi generasi emas Indonesia di masa mendatang.
WHO sebagai induk organisasi kesehatan global menargetkan kalau angka stunting di satu negara maksimal 20 persen. Artinya, pemerintah masih memiliki pekerjaan rumah untuk setidaknya menurunkannya sebesar 1,5 persen lagi. Lebih bagus lagi kalau tercapai sesuai target di 14 persen.
Untuk bisa mencapai target tersebut, pemerintah harus semakin gencar memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa stunting adalah kondisi yang bisa berbahaya secara jangka panjang.
Faktor Penyebab Stunting
Kita harus sadar mengenai sederet faktor pemicu gagal pertumbuhan tubuh dan otak pada anak, seperti:
1. Kurangnya Akses Makanan Bergizi
Asupan gizi yang kurang pada masa kehamilan hingga 1.000 hari pertama kehidupan anak (terhitung sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun) adalah periode kritis dalam pencegahan stunting. Gizi yang kurang memadai, terutama asupan vitamin, mineral, dan sumber protein hewani, sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Keragaman pangan juga penting untuk memastikan anak mendapatkan semua nutrisi yang dibutuhkan.