KOREA Selatan adalah suatu cahaya bagi penulis. Pada masa pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu, penulis diperkenalkan oleh seorang teman dengan yang namanya Boy Grup Korea bernama BTS. Dari situlah, penulis tertarik untuk mengkaji negara tersebut dalam artikel ini.
Negara yang terletak di ujung timur Asia itu telah menjadi sorotan dunia dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini berkat kemajuan teknologi dan budaya pop yang mendunia. Namun, di balik citra modernnya, orang-orang di Korea Selatan tetap mempertahankan tradisi yang merupakan bagian dari kearifan lokal warisan budaya dari nenek moyang mereka.
Korea Selatan telah mengalami transformasi luar biasa sejak tahun 1960-an, yaitu ketika negara ini mulai berinvestasi dalam pendidikan dan infrastruktur. Sehingga tak heran jika Seoul saat ini menjadi salah satu kota paling maju di dunia. Hal ini terlihat dari sistem transportasi yang efisien dan teknologi informasi yang terdepan.
Berbagai produk elektronik seperti Samsung dan LG telah menduduki posisi teratas di pasar dunia. Hal ini pula yang menjadikan Korea Selatan sebagai salah satu pemimpin dalam inovasi teknologi. Begitu pun udaya pop Korea atau bisa disebut Hallyu, ini juga telah menyebar luas ke seluruh dunia. Musik K-Pop dan drama Korea telah menciptakan pengaruh besar di kalangan generasi muda di berbagai negara. Artis-artis seperti BTS, AESPA, Blackping, dan grup lainnya bukan hanya sekadar fenomena musik, tetapi juga simbol kekuatan budaya.
Konser mereka di seluruh dunia menunjukkan seberapa kuatnya daya tarik budaya Korea, sekaligus memperkenalkan bagian-bagian elemen tradisional Korea. Di tengah kesibukan dan modernitas, Korea Selatan tetap berkomitmen untuk melestarikan tradisi budayanya. Festival-festival seperti Chuseok (hari panen), dan Seollal (tahun baru Imlek) menjadi momen penting dimana masyarakat berkumpul untuk merayakan warisan nenek moyang mereka itu.
Ritual yang dilakukan selama festival ini, seperti menghormati leluhur dan menyajikan makanan tradisional, tidak hanya memperkuat ikatan keluarga tetapi juga menjaga agar tradisi tidak hilang. Selain itu, seni tradisional seperti pansori (musik naratif) dan tari rakyat masih dipertunjukkan dan diajarkan kepada generasi muda. Pemerintah dan lembaga budaya berperan aktif dalam promosi dan pelestarian seni ini, memastikan bahwa generasi mendatang tetap terhubung dengan akar budaya mereka.
Upaya ini menunjukkan bahwa meskipun dunia terus berubah, Korea Selatan tidak melupakan pentingnya warisan yang telah membentuk identitasnya. Namun, tradisi dan modernitas yang dipertahankan dengan keseimbangan, bukanlah hal yang mudah bagi mereka untuk melalui masalah dan tantangan yang terus muncul. Generasi muda Korea Selatan sering kali merasa tertekan untuk memenuhi harapan masyarakat yang tinggi, terutama dalam pendidikan dan karir. Standar akademik yang ketat dapat menyebabkan stres yang signifikan, bahkan masalah kesehatan mental, yang semakin menjadi perhatian di kalangan masyarakat.
Di sisi lain, perubahan nilai dan gaya hidup yang cepat dapat menyebabkan generasi muda merasa terputus dari tradisi yang telah ada selama berabad-abad. Kesenjangan sosial juga semakin mencolok di Korea Selatan. Meskipun negara ini telah mencapai kemajuan ekonomi yang luar biasa, tidak semua lapisan masyarakat merasakan manfaatnya. Terdapat kelompok yang tertinggal dalam akses pendidikan dan kesempatan kerja. Ini memicu ketidakpuasan dan mengancam stabilitas sosial.
Dalam konteks ini, menjaga keseimbangan antara kemajuan dan pelestarian tradisi menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah dan masyarakat. Untuk menghadapi tantangan ini, Korea Selatan perlu menemukan keseimbangan yang tepat antara inovasi dan pelestarian budaya.
Salah satu cara adalah dengan mengintegrasikan nilai-nilai tradisional ke dalam pendidikan dan kehidupan sehari-hari. Program-program yang mengajarkan pentingnya budaya dan sejarah Korea Selatan kepada generasi muda dapat membantu menciptakan rasa bangga terhadap identitas mereka.
Selain itu, promosi industri kreatif yang menggabungkan elemen modern dan tradisional dapat menciptakan peluang baru untuk ekspresi budaya. Misalnya, kolaborasi antara seniman modern dan tradisional dalam musik, seni, dan desain, dapat menghasilkan karya-karya inovatif yang tetap menghargai akar budaya. Ini tidak hanya akan memperkuat identitas nasional, tetapi juga menarik perhatian internasional.
Korea Selatan adalah contoh yang brilian dari simbiosis antara tradisi dan modernitas. Keberhasilan dalam bidang teknologi dan budaya pop tidak mengesampingkan nilai-nilai yang telah membentuk identitas bangsa.
Dengan tetap menghargai warisan budaya sambil terus berinovasi, Korea Selatan menunjukkan bahwa kemajuan dan tradisi dapat berjalan beriringan, menciptakan masyarakat yang kaya dan beragam.
Dalam dunia yang semakin terhubung, ini memberikan pelajaran berharga bagi negara-negara lain yang menghadapi tantangan serupa, dengan menjaga keseimbangan antara inovasi dan pelestarian budaya. Korea Selatan tidak hanya melindungi identitasnya, tetapi juga memperkuat posisinya sebagai pemimpin global.
Melihat masa depan, penting bagi Korea Selatan untuk terus merangkul perubahan sambil tetap berpegang pada akar tradisinya, dan memastikan bahwa kekayaan budaya mereka tetap hidup serta relevan di tengah arus modernitas yang terus mengalir.
Penulis:
Fina Nur Alfi Laila
Mahasiswa Pengantar Ilmu Politik, Prodi Komunikasi, FISIP
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Serang