DI Ramadan 1446 Hijriah yang mulia ini, segala kebaikan mengalir deras seperti mata air yang jernih, sejuk, dan melegakan. Kebaikan ibarat benih tanaman yang tumbuh, lalu perlahan menjadi pohon menjulang tinggi dengan dedaunan dan buah-bahan ranum menyejukkan mata. Sekalian makhluk mendapatkan manfaat, termasuk burung-burung yang bisa bertengger dan bersarang di dahannya.
Bicara soal kebaikan, maka marilah sejenak mata kita tertuju pada sebuah komunitas yang begitu bersahaja di celah kota Bekasi. Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan namanya. Bila melihat lokasi, tentulah kita melihat sebuah pemandangan yang sarat dengan nilai kebaikan.
Di sana, kita akan menemukan sebuah bangunan yang tak terlalu besar di tengah padatnya pemukiman penduduk. Di sebuah pagar hitam, terdapat sebuah spanduk bertuliskan “#SanggarHumaniora #SekolahKemanusiaan” yang menawarkan sebuah pesan filosofis mendalam. Sebuah sanggar yang kita bayangkan melulu sebagai pusat kesenian, sebagai pusat kebudayaan untuk mengasah cipta, karsa dan rasa, namun ternyata peduli terhadap sesama dengan menciptakan tali kasih yang kuat.
Bila kita memasuki bangunannya, maka semakin terlihat kentara perpaduan yang indah antara seni, budaya, dan spirit pelayanan sosial yang berpuluh tahun menjadi rumah yang nyaman bagi segenap insan. Di yayasan yang dinahkodai oleh Eddie Karsito yang bertindak sebagai ketua umum ini, manfaat yang luas tidak saja didapatkan oleh para seniman. Namun lebih dari itu, bahwa spirit inklusif dan sikap filantropi telah menjadi pakaian sehari-hari, dan tulus melayani para pemulung, anak yatim, janda, maupun para dhuafa.
Tonggak Sejarah dalam Mulianya Ramadan
Bicara Ramadan, maka tak lengkap rasanya bila kita tak membicarakan sejarah panjang Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan. Ibarat dua sisi mata uang, maka elemen ini telah menjadi satu tubuh dan memberikan banyak hikmah dalam memupuk asa memanusiakan manusia.
Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan berdiri pada tanggal 17 Ramadan 1415 H, atau bertepatan dengan 17 Februari 1995. Didirikan oleh sejumlah seniman, budayawan, wartawan, pendidik, dan pemerhati sosial. Hingga kini, komunitas yang dikenal dengan sebutan Yayasan Humaniora ini, terus bermertamorfosis menjadi kupu-kupu yang indah. Menjadi lokomotif kemanusiaan yang jejaknya abadi dalam hiruk zaman.
Ramadan mulia adalah tonggak sejarah bagi Yayasan Humaniora yang beralamat di Perumahan Kranggan Permai Jatisampurna Kota Bekasi ini. Di sana tiap tahunnya, diperingati syukuran HUT yayasan yang sarat nilai-nilai kebaikan. Tanggal dan bulan didirikannya yayasan ini bersamaan dengan peringatan Nuzulul Quran. Sehingga tak heran, di beberapa momen Eddie Karsito menyatakan, bahwa misi kemanusiaan ini sebetulnya dalam rangka membumikan Al-Qur’an. Apa saja kebaikan yang terpancar di yayasan nirlaba ini, adalah upaya mewujudkan keimanan yang dinyatakan dalam bentuk perbuatan.
Semenjak berdiri, Yayasan Humaniora sangat akrab dengan sentuhan para seniman, artis, dan budayawan yang saling sinergi dan kolaborasi dalam memaknai kebudayaan, dan menghayati kemanusiaan. Sehingga lahirlah beberapa sub-insitusi, serta program-program brilian baik tentang seni, budaya, dan pelayanan sosial.
Memasuki usianya yang ke-30 tahun, sedikitnya Yayasan Humaniora telah mendirikan sub-institusi seperti Sanggar Humaniora, Rumah Budaya Satu-Satu, Rumah Singgah Bunda Lenny, dan Rumah Media Portal Berita Online humaniora.id yang tak ubahnya bagai pilar-pilar penyangga yang kokoh dan padu.
Era Digital dan Falsafah yang Membumi
Di bawah kepemimpinan Eddie Karsito yang merupakan pekerja sosial, wartawan, seniman, dan budayawan ini, Yayasan Humaniora menjelma menjadi rumah kemanusiaan yang mengelola lembaga edukasi seni (sanggar) seperti: seni tari, seni rupa, seni suara, kemudian lembaga sosial, dan rumah singgah sebagai cara untuk mengekspresikan semangat kesetiakawanan sosial.
Insan-insan yang terlibat dalam yayasan ini adalah insan-insan yang senantiasa dilatih untuk menjadi pelayan dalam kebaikan. Sehingga dari apa yang dilakukan, diharapkan menjadi inspirasi dan menjadi ladang dakwah untuk mengajak orang lain peduli dan menumbuhkan sikap empati.
Melalui portal online humaniora.id serta channel Youtube Humaniora TV dan Channel Eddie Karsito, kita dengan begitu mudah mendapatkan berita besar, bahwa kebaikan di era digital sebetulnya bisa memantik rasa kepedulian yang pada hakikatnya adalah melayani dengan setulus hati. Hal ini selaras dengan falsafah yang membumi bila kita mengunjungi Sanggar Humaniora.
“Ambillah pekerjaan Tuhan, ketika sebagian orang tak mau mengambilnya yaitu melayani.”
Pesan tersirat dari falsafah tersebut, kurang lebih terlepas apapun latar belakang kita, maka sikap melayani adalah nilai-nilai universal yang menciptakan harmoni di tengah kehidupan. Apalagi di tengah keadaan ekonomi yang carut marut, hingga banyak terjadi masalah sosial di negeri kita tercinta saat ini.
Di setiap kegiatan yang dilakukannya, Yayasan Humaniora selalu berpijak pada pilar budaya yang diusungnya. Adapun pilar budaya tersebut antara lain budaya bersih, budaya tertib, budaya sehat, serta budaya keindahan. Semua itu diformulasi di Sanggar Humaniora yang melahirkan talenta-talenta yang selain cakap dalam bidang seni, tapi juga memiliki jiwa berbagi sebagaimana yang terkandung dalam lagu “Kita Berbagi Masalah pergi” yang mewarnai setiap langkah perjuangan yayasan ini.
Pilar Budaya dalam Tujuan Hidup Berkelanjutan
Selama 30 tahun perjuangan, Yayasan Humaniora telah banyak menorehkan tinta emas di tengah masyarakat Bekasi dan sekitarnya. Melalui program-program brilian yang diformulasi di setiap sub-institusinya, Yayasan Humaniora terus melalukan sinergi dan kolaborasi yang meskipun tidak memiliki donatur tetap, namun selalu saja menemukan jalan keluar berkat uluran tangan orang-orang yang tulus berbagi dalam bentuk uang tunai maupun kebutuhan pokok.
Bila ditelusuri lebih dalam, sebetulnya apa yang dilakukan Yayasan Humaniora adalah sebuah upaya dalam mencapai Tujuan Hidup Berkelanjutan (SDGs) 2030. Di Yayasan Humaniora, ada dukungan terhadap tujuan Pendidikan Berkualitas berupa pemberian beasiswa pendidikan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu. Di Yayasan Humaniora, ada dukungan terhadap tujuan Tanpa Kemiskinan dan Kelaparan berupa kepedulian terhadap para pemulung, janda, anak yatim, dan kaum dhuafa, serta juga telah bekerja sama dengan BAZNAS berupa program sedekah barang. Di Yayasan Humaniora, ada dukungan terhadap tujuan Hidup Sehat dan Sejahtera, berupa pembagian sabun dan perlengkapan mandi terhadap para pemulung.
Kita juga bisa melihat aktualisasi tujuan Penanganan Perubahan Iklim. Sebagaimana yang dilakukan Yayasan Humaniora pada tahun 2024 dalam acara Kenduri Urban Humanity Refleksi Kehidupan Pemulung – Seni untuk Kemanusiaan. Dalam acara tersebut, digelarlah lomba melukis yang merupakan edukasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada anak usia dini. Selain itu, yang tak kalah penting adalah dengan diadakannya Lomba Fashion Show Busana Daur Ulang yang dikreasikan dari pengelolaan limbah atau sampah produktif.
Manifestasi Nilai Keindahan
Melalui momentum tiga dekade yang bertepatan dengan Ramadan 1446 Hijriah ini, kita semua tentu berharap Yayasan Humaniora terus istiqamah dalam sinergi, kolaborasi untuk menumbuhkan sikap empati, dan kasih sayang di tengah kebhinekaan.
Untuk memanusiakan manusia, maka kita memiliki banyak pilihan dalam kehidupan. Dan Yayasan Humaniora telah menghamparkan ladang luas kebaikan melalui seni yang menembus batas latar belakang dan status sosial. Hal inilah yang senantiasa ditekankan Eddie Karsito yang merupakan tokoh penerima penghargaan “Anak Bangsa Berkepribadian Pembangunan 2013″ dari Kementerian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia.
Melalui seni, Yayasan Humaniora terus menciptakan keindahan dunia agar semua manusia bahagia. Sasarannya ingin menyentuh semua dimensi kehidupan yang merupakan bagian misi mulia yang diemban setiap insan di dalamnya. Sehingga dari keindahan seni, maka akan terwujud pula keindahan iman, budi pekerti, persaudaraan, serta kepedulian.
Pena masihlah tajam, tinta belumlah habis, dan kertas perjuangan masih banyak terhampar untuk diisi catatan manis. Sebagai institusi non-formal, wadah asah, asih, asuh, melalui cara-cara kesenian, Yayasan Humaniora akan terus berupaya melakukan pembinaan mental spiritual, pendidikan budi pekerti, kepemimpinan, dan nasionalisme kebangsaan.
Peringatan hari lahir Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan telah di depan mata. Sebagai catatan, peringatan hari lahir dua tahun belakangan temanya tak terlepas dari masalah hati nurani yang merupakan generator dalam menciptakan berjuta kebaikan. Pada tahun 2023 bertema “Hilangnya Rasa Malu dan Merosotnya Budi Pekerti,” serta tahun 2024 bertema “Memberi adalah sumber kebahagiaan.”
Kita semua menantikan momen-momen yang tak terlupakan, dan merupakan hari bahagia bagi ratusan pemulung, anak yatim piatu dan dhua’fa dalam acara berbuka puasa bersama yang biasa digelar setiap tahunnya. Di bangunan sederhana yang beralamat di Perumahan Kranggan Permai Jatisampurna Kota Bekasi, semoga semua keindahan seni dan budi pekerti mencair. Mencair dalam cinta, mencair dalam kasih, lalu bermuara ke dalam setiap ucapan dan perbuatan yang mengaliri setiap sendi kehidupan. Selamat 30 Tahun Perjalanan Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan. Teruslah Melayani Kasih Tak Berkesudahan.
PENULIS:
Budi Saputra
Lahir pada 20 April 1990
Sejak tahun 2008 ia menulis di berbagai media massa seperti Padang Ekspres, Lampung Post, Suara Merdeka, Batam Pos, Lombok Post, Rakyat Sultra, Kompas, Koran Tempo
Ia merupakan Penulis Emerging UWRF 2012, serta Penulis Kurasi Sibi Kemdikbud 2024 dengan judul buku “Jalan Tropis Puisi”
No HP: 085376744476