JEJAK KATA, Cirebon – Lokasi Taman Wisata Plangon berada di lereng bukit, tersembunyi di antara rimbunan pohon jati di Desa Babakan, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Taman Wisata Plangon memiliki banyak dimensi, bukan hanya sebagai wisata alam dan sejarah, tapi juga wisata beraroma mistis. Hal yang terakhir dikaitkan dengan keberadaan kawanan monyet yang berjumlah ratusan yang menjadi daya tarik utama lokasi Taman Wisata Plangon. Banyak mitos yang hidup dan beredar di kalangan masyarakat lokal mengenai monyet-monyet ini. Salah satunya menyebutkan bahwa monyet-monyet itu adalah penjelmaan dari orang-orang yang menjadi tumbal pesugihan.

Menurut mitos ini, pada masa lalu di puncak bukit Plangon yang terdapat makam Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan digunakan orang-orang untuk bertapa meminta pesugihan di lokasi wingit tersebut. Untuk mendapatkan pesugihan mereka konon harus memberikan tumbal.
“Nah, kata orang-orang tua dulu, monyet-monyet ini adalah jelmaan orang-orang ditumbalkan untuk mendapat pesugihan,” ujar Kholid, seorang warga senior Desa Babakan, dalam sebuah unggahan di media sosial.
Bagi pengunjung yang ingin datang berkunjung ke Taman Wisata Plangon, jaraknya sekitar 16 km dari pusat Kota Cirebon, atau dapat ditempuh hanya dalam waktu 45 menit. Kalau tidak menggunakan kendaraan pribadi, pengunjung dapat menyetop angkot atau layanan transportasi daring.
Begitu pengunjung sampai di gerbang Taman Wisata Plangon yang berbentuk gapura bergaya Hindu, langsung akan disambut monyet-monyet yang bermunculan dari lebat pepohonan. Mereka yang sedang bergelantungan dan berayun-ayun di sulur-sulur dan dahan pohon akan berloncatan meminta makanan kepada pengunjung. Monyet-monyet liar ini sebagian sangat agresif saat meminta makanan kepada pengunjung, karena itu pengunjung dianjurkan untuk berhati-hati. Bawalah kacang atau buah-buahan sebagai bekal untuk berinteraksi dengan monyet-monyet ini.
Dari gerbang pengunjung bisa berjalan mendaki undakan ke puncak yang dirindangi pepohonan suara cericit burung, desah dedaunan dan suara alam lainnya yang menenteramkan. Rasa lelah bakal terbayar karena sepanjang jalur pendakian undakan batu pengunjung akan menikmati keindahan alam. Taman Wisata Plangon menempati lahan seluas 48 hektare.
Sejak di lereng hingga puncak pengunjung akan manjakan dengan panoroma kehijauan sejauh mata memandang. Persawahan, perkebunan, dan aliran sungai Ciwulan yang jernih menghampar di bawah sana bak lukisan alam yang menakjubkan. Dua makam keramat, yakni makam Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan ada di area ini. Kedua pangeran merupakan putra Sultan Sepuh IV Kesultanan Cirebon yang memilih hidup zuhud di Plangon. Pada bagian dalam makam yang berukuran 3,15 x 3,25 m ini terdapat dua pintu yang ditujukan untuk Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksaan. Pengunjung bisa masuk ruangan ini dengan izin dari juru kunci.
Selain keindahan alam dan kisah mistisnya, Taman Wisata Plangon juga menawarkan berbagai aktivitas menarik lainnya. Pengunjung dapat berziarah ke makam keramat, berfoto dengan latar belakang pemandangan yang kehijauan nan memukau, atau sekadar bersantai menikmati udara segar.

Sebagai informasi, Plangon berasal dari bahasa Tegal, yaitu klangenan, yang bermakna tempat atau perbukitan untuk mencari ketenangan batin. Menurut juru kunci, awalnya kedua pangeran hanya mencari lokasi untuk beristirahat usai menyebarkan ajaran Islam yang mereka anut. Mereka kemudian mendaki bukit Plangon, yang dahulunya dikenal sebagai Gunung Rabo. Karena merasakan ketentraman yang mendalam di tempat tersebut, Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksaan memutuskan untuk menetap di sana hingga akhir hayat mereka.
Penjaga makam juga menjelaskan bahwa kedua pangeran tersebut semula hanya berniat menemukan tempat yang tenang selama proses dakwah. Setelah menemukan kedamaian di Bukit Plangon, mereka memilih untuk menetap secara permanen.
Saat ini, makam kedua pangeran itu dapat ditemukan di puncak bukit Plangon. Struktur makam dibangun di atas pondasi bata merah, sementara dindingnya dihiasi dengan keramik yang memadukan unsur seni Arab dan Eropa. Secara visual bangunan makam terlihat artistik. (Aris Kurniawan)






