JEJAK KATA, Tangerang – Bupati Tangerang, H. Ahmed Zaki Iskandar menyebut bahwa sanitasi yang baik adalah benteng pertahanan pertama kesehatan.
Hal tersebut diungkapkan pada Event City Sanitation Summit (CSS) XX yang digelar di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD pada Kamis (08/09).
Kegiatan diawali dengan penyerahan Bendera Pataka dari Bupati Tangerang, H. Ahmed Zaki Iskandar kepada Bupati Bandung, H.M. Dadang Supriatna, S.IP., M.Si yang menandakan bahwa Kabupaten Bandung akan menjadi Tuan Rumah CSS XI tahun 2023.
Pemahaman soal sanitasi merupakan hal penting yang harus ditanamkan sejak dini, khususnya di lingkungan sekolah.
Salah satu fasilitas yang menjadi perhatian adalah WC. Pasalnya, kondisi WC sekolah sangat memprihatinkan, maka dari itu pada 2013 pihaknya menjalankan program Sanitasi Berbasis Sekolah (Sanisek).
“WC itu kan tempat paling horor, selalu di belakang, di pojok, gelap, bau kotor, bahkan di beberapa sekolah tidak bisa dipakai sama sekali,” tutur dia.
Melihat pengalaman itu, pembangunan sanitasi di sekolah menjadi suatu kewajiban di Pemkab Tangerang. Apalagi, ketersediaan sarana dan prasarana sekolah juga menyangkut hak asasi manusia.
Disampaikan bahwa hingga saat ini telah ada hampir 1.000 sekolah dari setiap jenjang mulai dari SD hingga SMA/SMK telah menjalankan program tersebut. Adapun, anggaran program yang disediakan sebesar Rp. 20 miliar per tahun.
“Desainnya kebetulan kita dibantu oleh UNICEF dan USAID dan implementasinya melibatkan pihak sekolah, orang tua murid, dan lingkungan sekitar sekolah,” tandasnya.
Selain itu juga, Bupati Zaki akan memberikan tindakan tegas terhadap Kepala Sekolah yang tidak menjalankan program Sanisek.
“Saya memberikan warning kepada Kepala Sekolah yang tidak memelihara Sanisek sengan baik. Dana pemeliharaan Sanisek sudah dianggarkan dalam BOS, sehingga tidak ada alasan lagi pengurus sekolah tidak memiliki anggaran untuk pemeliharaan Sanisek”, ujar Bupati Zaki.
Sementara itu, program lanjutan dari Sanisek yang diterapkan adalah program Manajeman Kebersihan Menstruasi (MKM), Sekolah Keanekaragaman Hayati (SEHATI), dan Kurangi Sampah Sekolah kita (Kurassaki).
Berdasarkan data, 3,1 juta anak sekolah jenjang SD/sederajat, SMP/sederajat, dan SMA/sederajat di Indonesia tidak memiliki sumber air layak. Oleh karena itu, pemerintah menargetkan pada tahun 2024 tercapai 70 persen sanitasi di sekolah yang baik.
Pada kesempatan yang sama, Chief Of WASH UNICEF Indonesia, Kannan Nadar mengapresiasi Bupati Tangerang yang telah menjalankan program sanitasi dengan baik.
“Selamat kepada Bupati Tangerang karena menjadi tuan rumah CSS XX. Kabupaten Tangerang adalah daerah pertama yang mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) sanitasi di lingkungan sekolah”, pungkas Kannan Nadar.
“Salah satu peran UNICEF adalah mendukung perencanaan dalam sanitasi sekolah yang dibuat oleh pemerintah”, imbuhnya.
Ada lima perspektif kenapa sanitasi di sekolah penting. Pertama dari perspektif hak asasi manusia. Anak-anak ketika belajar berhak berada di lingkungan yang bersih dan menyenangkan.
Kedua perspektif pembelajaran. Ada banyak penelitian bahwa sanitasi di sekolah sangat penting, karena faktor penentu baik/buruknya keberlangsungan belajar di sekolah.
Ketiga perspektif kesehatan. Sanitasi yang buruk dapat menyebabkan pelajar rentan terkena penyakit seperti diare dan cacingan.
Keempat perspektif politik. Sanitasi yang baik secara tidak langsung mendorong adanya kesetaraan gender. Satu dari tujuh pelajar perempuan di Indonesia sering bolos khususnya ketika memasuki fase menstruasi karena tidak adanya sarana sekolah yang memadai.
Terakhir adalah perspektif perubahan. Anak-anak merupakan agen perubahan (Agent of Change) yang mampu mentransformasikan kondisi lingkungan sekolah di lingkungan masyarakat.
Hal senada diungkapkan oleh Dirjen P2P Kemenkes, dr. Annas Ma’ruf, MKM. Beliau menyampaikan bahwa anak-anak adalah agen perubahan.
“Anak-anak adalah agen perubahan. Apabila di lingkungan sekolah mereka memiliki sanitasi yang baik, maka bisa saja mereka akan menerapkan hal serupa di lingkungan keluarga dan sekitar rumah”, tuturnya.
Perwakilan Kemendikbudristek juga menyampaikan bahwa salah satu kebijakan untuk mendukung Sanisek adalah pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M) serta mendorong program Gerakan Sekolah Sehat. Untuk itu diharapkan Kepala Sekolah dapat mengelola Dana BOS untuk memelihara Sanisek.
“Saya menghimbau kepada para Kepala Sekolah diharapkan dapat memaksimalkan Dana BOS untuk pemeliharaan sanitasi”, imbuhnya.
Beberapa aksi nyata program sanitasi di daerah yang sudah terlaksana salah satunya bekerjasama dengan pihak swasta agar mendukung program sanitasi melalui Corporate Social Responsibility (CSR).
Kegiatan ditutup dengan pembacaan deklarasi yang dipimpin Ketua Umum Aliansi Kabupaten Kota Peduli Sanitasi (Akkopsi) sekaligus Walikota Jambi, Dr. H. Syarif Fasha, M.E. yang diikuti perwakilan kepala daerah. (BMP)