EsaiJejak Kata

Mewaspadai Budaya ‘Fear of Missing Out’ (FoMO) di Era Digital

×

Mewaspadai Budaya ‘Fear of Missing Out’ (FoMO) di Era Digital

Sebarkan artikel ini
ILUSTRASI | Istockphoto

PADA era globalisasi saat ini, media sosial sudah menjadi kebutuhan banyak masyarakat. Tidak sekadar mencari informasi atau hiburan, tapi juga banyak hal yang bisa dilakukan dengan menggunakan media sosial. Dari situlah, mulai beralihnya segala aktivitas yang bersifat konvensional ke sistem digital, media sosial menjadi kebutuhan yang krusial dalam keseharian.

Namun, perlu diketahui bahwa ketergantungan pada teknologi juga dapat menimbulkan dampak kurang baik bagi individu. Salah satu dampak negatif yang menjadi problematika dalam memanfaatkan media sosial saat ini adalah Fear of Missing Out (FoMO), yaitu sebuah fenomena yang ditandai dengan munculnya perasaan takut, cemas, ataupun khawatir akan ketertinggalan dari hal-hal duniawi yang muncul dari media sosial. Sehingga seseorang cenderung ingin selalu terhubung dan menggunakan media sosial secara terus menerus.

FoMO yang berlebihan dapat memberikan dampak seseorang memiliki sikap ‘kepo’ yang berlebihan, dan selalu ingin terus memantau kegiatan orang lain. Hal ini juga dapat memicu individu tersebut mengalami gangguan kecemasan sosial seperti minder, ternistakan, depresi serta merasa tidak memiliki teman, sebab tidak merasa terhubung dengan orang lain. Sehingga seseorang yang sudah memasuki fase ini akan cenderung kurang produktif, karena hanya sibuk memantau kegiatan orang lain.

Patrick McGinnis seorang kapitalis ventura dan penulis Amerika mengungkapkan bahwa istilah Fear of Missing Out ini, pertama kali muncul pada tahun 2004, Dalam bukunya yang berjudul “Fear of Missing Out”, menjabarkan bahwa perasaan tersebut muncul karena faktor biologis manusia yang berupa naluri untuk masuk dan menjadi anggota suatu kelompok dan ingin mendapat pengakuan.

Penyebab Fear of Missing Out yaitu karena budaya. Perasaan ini awalnya sering disampaikan melalui seni, teater, film, budaya pop, atau sesuatu yang aneh dan unik. Mengapa? karena hal yang unik atau aneh, saat ini malah menjadi tren yang lebih digemari dan dianggap keren. Sehingga hal tersebut mudah ditemui khalayak media sosial yang memancing rasa penasaran mereka dan kemudian mencoba atau mengikutinya.

Prilaku seperti ini, biasanya banyak terjadi pada Generasi Z, yang tumbuh besar di era digital. Karena pada usia ini, cenderung memiiki rasa keingintahuan yang tinggi serta selalu ingin mencoba dengan hal-hal yang baru. Sehingga jika sudah terjebak di dalamnya, mereka sering kali merasa harus terus mengikuti perkembangan agar tidak merasa tertinggal.

Namun bagaimana sebenarnya pandangan Islam terhadap Fear of Missing Out?

Peran Islam dalam kehidupan memiliki pandangan yang cukup luas, termasuk seorang Muslim dalama meyikapi dunia. Beberapa prespektif Islam yang relevan untuk menilai fenomena Fear of Missing Out sebagai berikut:

Pertama, Qana’ah (rasa cukup). Islam mengajarkan untuk selalu merasa cukup dan bersyukur dengan apa yang dimiliki. Rasa qana’ah membantu seseorang untuk tidak terjebak dalam perlombaan duniawi yang tidak ada habisnya. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Dan janganlah engkau panjangkan pandanganmu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami uji mereka dengannya. Dan karunia Tuhanmu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Taha: 131). Ayat ini mengingatkan kita agar tidak terpesona dengan kesenangan dunia yang sifatnya sementara dan tetap fokus pada hal-hal yang lebih abadi.

Kedua, zuhud. Konsep zuhud berarti menjauhkan diri dari ketergantungan berlebihan terhadap hal-hal duniawi. Ini bukan berarti menghindari dunia sepenuhnya, tetapi menjaga agar hati tidak terlalu terobsesi pada ke senangan dunia. Rasulullah SAW bersabda, “Bukanlah orang yang zuhud itu orang yang meninggalkan dunia sama sekali, akan tetapi orang yang zuhud adalah orang yang lebih yakin dengan apa yang ada di sisi Allah dari pada apa yang ada di tangan manusia.” (HR. Ahmad). Dengan memiliki sikap zuhud, seorang Muslim tidak akan mudah terpengaruh oleh Fear of Missing Out dan dapat menjalani kehidupan dengan lebih tenang.

Ketiga, keseimbangan antara dunia dan akhirat. Islam menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat, seperti menjalankan hobi, menghadiri acara, atau menikmati hal-hal duniawi, selama tidak melupakan kewajiban kita kepada Allah hal tersebut tidaklah disalahkan. Jangan sampai FoMO atau Fear of Missing Out membuat kita melupakan ibadah, melalaikan kewajiban, atau melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, “Beramallah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati besok.” Ini menekankan pentingnya tidak berlebihan dalam mengejar kesenangan dunia.

Adapun strategi dan upaya dalam pandangan Islam untuk mengatasi Fear of Missing Out. Dengan cara seorang Muslim meningkatkan kualitas diri untuk mengontrol tantangan duniawi ini. Beberapa langkah berikut yang sesuai dengan ajaran Islam mengenai FoMO atau Fear of Missing Out.

Memperkuat Rasa Syukur

Memperkuat rasa syukur adalah salah satu cara terbaik untuk mengatasi Fear of Missing Out. Mengingat bahwa setiap orang memiliki rezeki yang berbeda-beda dan Allah memberikan apa yang terbaik bagi hamba-Nya adalah kunci untuk mengurangi perasaan cemas akibat Fear of Missing Out. Setiap kali merasa tidak puas, cobalah untuk mengingat semua nikmat yang sudah Allah berikan.

Memprioritaskan Ibadah dan Kegiatan yang Bermanfaat

Dari pada sibuk mengejar tren terbaru, lebih baik kita memfokuskan diri pada hal-hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan umat. Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad). Menggunakan waktu dan energi untuk hal-hal yang bermanfaat akan membantu kita terhindar dari perasaan tidak puas dan mengurangi kecemasan yang ditimbulkan oleh Fear of Missing Out.

Membatasi Penggunaan Media Sosial

Karena media sosial adalah pemicu utama Fear of Missing Out, membatasi waktu penggunaan media sosial dapat membantu mengurangi perasaan cemas. Atur waktu tertentu untuk membuka media sosial dan jangan menjadikannya sebagai prioritas utama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini juga sesuai dengan anjuran Islam untuk menghindari hal-hal yang tidak bermanfaat.

Merenungkan Akhirat dan Kehidupan

Sebenarnya, fokus pada akhirat akan membuat kita lebih tenang dalam menjalani kehidupan dunia. Ingatlah bahwa kehidupan dunia hanya sementara dan yang terpenting adalah bagaimana kita mempersiapkan diri untuk kehidupan selanjutnya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW mengingatkan, “Jadilah engkau di dunia ini seolah-olah engkau adalah orang asing atau seorang musafir.” (HR. Bukhari). Ini mengajarkan kita untuk tidak terlalu terikat pada hal-hal duniawi dan selalu mengingat tujuan akhir hidup kita.

Akhir kata, fenomena FoMO atau Fear of Missing Out yang marak di era digital ini dapat berdampak negatif bagi kesehatan mental dan spiritual seseorang. Dalam Islam kita diajarkan untuk selalu merasa cukup denga apa yang dimiliki, menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat, serta menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran. Oleh karana itu, penting bagi setiap individu di dunia ini, agar terhindar dari perasan cemas yang tidak perlu dan dapat mencapai kesejahteraan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat.


Penulis
Hani Amalia Rizki
Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah
UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *