Jejak KataSeni dan Hiburan

Perlu Ada Pasar Seni di Tangerang, Seperti di Ancol Jakarta

×

Perlu Ada Pasar Seni di Tangerang, Seperti di Ancol Jakarta

Sebarkan artikel ini
Sasongko (mengenakan blangkon) dan Widi Hatmoko (berkacamata) bersama dengan para pelaku seni di Tangerang

JEJAK KATA, Tangerang – Dua seniman Tangerang, Sasongko dan Widi Hatmoko menilai, perlu ada Pasar Seni sebagai tempat apresiasi para pelaku seni di Tangerang. Hal ini disampaikan dalam sebuah diskusi sore di Tangerang beberapa waktu lalu.

Sasongko menilai, banyaknya ruang-ruang seni yang saat ini sudah mulai tergerus oleh kepentingan kapitalis, untuk itu perlu adanya media baru agar para seniman bisa tetap berkarya dan meregenerasi. Dia mencontohkan, selama puluhan tahun para pelaku seni rupa atau pelukis berkarya di Pasar Seni Ancol telah meregenerasi banyak seniman-seniman baru yang mewarnai dunia seni rupa, tidak hanya di Jakarta, tapi meluas ke berbagai daerah.

Mie Ayam Langit Biru Pak Moto, Gurih Lezat Tanpa Penyedap

Untuk itu, kata Sasongko, ruang kreativitas seperti yang pernah ada di Jakarta itu, mestinya ada juga di Tangerang.

“Pasar Seni Ancol ini menjadi barometer temen-temen seni rupa, baik yang masih berproses maupun yang sudah eksis sebelumnya, dan ini perlu ada ruang baru di Tangerang sebagai daerah penyangga Ibu Kota,” ujar Sasongko.

Pelukis yang sudah puluhan tahun malang melintang di dunia kesenian ini juga meyakini, detak nadi dan napas Pasar Seni Ancol bisa bergeser ke Tangerang, terlebih jika melihat semangat para pelaku seni rupa di Tangerang yang sampai hari ini masih bertahan dengan karya amginer meski digerus oleh teknologi. Terlebih, para seniman Pasar Ancol juga banyak yang berasal dari Tangerang.

Yadi Sembako Bangga dengan Produk Sepatu Brand Lokal Tangerang

Hal ini disambut baik oleh Widi Hatmoko. Seniman yang puluhan tahun pernah menjadi bagian dari Dewan Kesenian Tangerang (DKT) itu menyebut, problematika para seniman yang berorganisasi dan berafiliasi dengan pemerintah daerah, jangan terlalu berharap bisa ‘melenting’ jika tidak menggunakan kekuatannya sendiri untuk membesarkan karyanya.

“Sebagai seniman, kita perlu kolaborasi dengan pemerintah daerah. Berkolaborasi loh, bukan berharap banyak apalagi berpangku tangan. Karena, pemerintah daerah itu kan tidak hanya ngurusi seniman, tapi juga memiliki ruang-ruang atau stakeholder yang juga ngurusi yang berkaitan dengan seni budaya, seperti dinas pendidikan atau dinas pariwisata, yang mereka juga sudah memiliki SDM. Nah, seniman sebagai praktisi, selama ini hanya bisa berkolaborasi, itu pun sifatnya hanya temporer pada kegiatan-kegiatan tertentu” beber Widi.

HGB di Laut Tangerang, Mahasiswa: Cabut Jika Bertentangan dengan UUD 45

Untuk itu, kata dia, mewujudkan Pasar Seni dengan menggandeng swasta, ini akan lebih membuat seniman lebih produktif dalam menuangkan ide-ide dan gagasannya. Terkait hal ini, Widi juga optimis, dengan melihat semangat para seniman Tangerang, serta melihat potensi ekonomi di daerah ini, Pasar Seni Tangerang bisa menjadi ruang baru untuk mempertemukan pecinta seni dengan seniman, selain juga bisa meregenerasi para pekerja seni di daerah ini.

“Tangerang ini daerah industri, daerah bisnis serta satelit ibukota yang memiliki potensi untuk mengembangkan apa saja, termasuk Pasar Seni. Dengan semangat yang menyala, mudah-mudahan ini bisa terwujud,” tandasnya. (*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *