MAUT adalah peristiwa yang menakutkan. Apalagi datang dalam wujud yang mengerikan: jatuh dari menara, masuk mesin penghancur sampah, dicacah pemangkas rumput, tertimpa gelondongan kayu yang tumpah dari gerbong kereta yang anjlok. Maka Iris Campbell berupaya sekuat tenaga menghindari kematian bahkan dengan cara paling paradoks: mengorbankan kehidupannya sendiri. Tetapi begitulah kita yang hidup di dunia yang tidak selalu bisa dijelaskan cara kerjanya. Seperti itu pula kiranya yang hendak disampaikan film ‘Final Destination Bloodlines’.
Iris Campbell (Gabrielle Rose) menarik diri dari keramaian dan tinggal sendirian di dalam rumah yang dirancang sedemikain rupa di tepi hutan demi menghindari maut yang terus mengejarnya. Selama persembunyiannya Irish mempelajari cara kematian bekerja. Seluruh anak dan cucunya menganggapnya gila karena mempercayai mimpi dan firasat yang tidak masuk akal, sampai Stefani Lewis (Kaitlyn Santa Juana), cucunya dari anak perempuannya, Darlene Lewis (Rya Kihlstedt), datang untuk meyakinkan keluarganya bahwa firasat Iris benar adanya.
Stefani yang mewarisi insting Iris Campbell yang mampu melihat masa depan sekilas dan mendeteksi datangnya maut, memperingatkan keluarganya serta paman, bibi, dan para sepupunya untuk selalu waspada. Karena maut akan menjemput mereka satu persatu dengan cara mengerikan. Tentu saja mereka menganggap Stefani ketularan kegilaan Iris. Sampai kematian betul-betul menjemput mereka satu persatu dengan cara paling gila yang membuat mereka mendapat serangan paranoid tak habis-habis sebelum maut melumat.
Adegan bagaimana wujud kematian itu muncul secara tak terduga dan dengan cara sangat mengerikan menghabisi keluarga mereka itulah yang menjadi daya tarik dan menu utama film ini. Ketegangan langsung menyergap benak penonton sejak film dibuka dengan adegan pasangan Iris muda dan kekasihnya yang menghadiri pembukaan restoran yang baru dibuka bernama Skyview Restoran Tower pada tahun 1968. Pesta pembukaan restoran itu berakhir dengan cara sangat tragis. Semuanya berawal dari sebutir koin yang dilempar seorang bocah dan berakibat pecahnya lantai kaca retoran yang menyebabkan orang-orang yang sedang berpesta terjun bebas ke bawah disambut benda-benda keras dan tajam.
Formula film Final Destination 1 sampai 5 digunakan kembali di film yang berkisah tentang bagaimana maut tetap datang dengan cara paling brutal sekuat apa pun kita menghindarinya. Bagi yang tidak tahan melihat adegan-adegan penuh darah dan anggota tubuh yang lepas formasinya tidak dianjurkan nonton film ini.
Namun dibanding film-flm sebelumnya Final Destination Bloodlines digarap lebih rapi dengan karakter yang membumi. Ada drama keluarga yang lumayan menghangatkan sebelum segalanya berakhir dilumat paranoid. Rangkaian kejadian kematian terlihat lebih mungkin terjadi di lingkungan hidup tokoh-tokohnya. Ketegangan dan perasaan mencekam munculnya adegan kematian yang begitu gore yang mampu membuat penonton terhibur.
Kisah dan alur film ini menarik dan membuat penonton penasaran karena tertata rapi dari awal sampai klimaks. Penonton mungkin akan terbayang terus serangkaian adegan kematian yang ikonik sekaligus efektif untuk membuat penontonnya ketakutan sendiri. Lewat film ini penonton bukan hanya dihibur oleh cerita dan ketegangan yang solid, tapi juga kesadaran tentang kematian yang tidak bisa dihindari dan bisa datang secara tak terduga.
Variety menyebut film ini “cerdik, tak terduga, dan menyenangkan”, sedangkan The Hollywood Reporter menulis bahwa film ini “memberikan penontonnya apa yang mereka harapkan. Yaitu, serangkaian kematian bergaya Rube Goldberg yang dirancang dengan cerdik dan kejam yang sebagian besar sangat mungkin terjadi sehingga Anda akan menemukan diri Anda menyeberang jalan dengan sangat hati-hati setelah meninggalkan teater”.
Film produksi New Line Cinema ini dirilis di Amerika Serikat oleh Warner Bros pada 16 Mei 2025, dua hari lebih lambat dari Indonesia, yaitu sejak 14 Mei 2025. Pada hari pertama pemutarannya ditonton 200-an orang dan dalam sepekan sudah berhasil menggaet lebih dari 1.200.000 penonton Indonesia. Saat ini diperkirakan sudah mencapai 2 juta penonton.
Dalam perilisan trailernya pada 25 Maret 2025 di 65 pasar dan tersedia dalam 44 versi bahasa yang berbeda, ditonton sebanyak 178,7 juta kali di seluruh dunia dalam 24 jam pertama, menjadikannya sebagai trailer film horor yang paling banyak ditonton kedua (setelah It milik New Line Cinema dengan 200 juta kali ditonton).






