JEJAK KATA, Rembang – Tempat ibadah penganut kepercayaan tradisional Tionghoa, atau sering kali disamakan dengan penganut agama Konghucu adalah Bio (sebutan dalam bahasa Hokkian). Namun kita sering menyebutnya klenteng atau tokong. Istileh klenteng diambil dari bunyi suara lonceng yang dibunyikan pada saat menyelenggarakan upacara.
Klenteng atau tokong banyak ditemukan di daerah-daerah yang banyak dihuni oleh orang-orang peranakan Tionghoa, seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Tangerang atau daerah-daerah lain yang terdapat warga keturunan negeri tirai bambu tersebut.
Nah, bicara soal klenteng atau tokong, ternyata ada satu klenteng yang disebut-sebut usianya paling tua di Pulau Jawa, yaitu Klenteng Cu An Koing yang berlokasi di wilayah Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Gandor Sugiharto alias Sie Hwie Djian, salah seorang tokok warga peranakan Tionghoa Lasem menyebutkan bahwa Klenteng Cu An Kiong diperkirakan berdiri sekitar abad 15. Namun pada masa penjajahan Belanda, klenteng tersebut pernah di jarah, sehingga pihak pengelola klenteng tersebut tidak memiliki dokumen tua tentang klenteng tersebut.
Pada saat pengurus klenteng itu mengunjungi museum di Den Haag, Belanda, terdapat catatan yang menyebutkan bahwa kelenteng ini dibangun pada tahun 1477 Masehi, karena lokasi kelenteng ini sudah tecantum pada peta Lasem yang dibuat pada tahun itu. Namun, terdapat pula pendapat yang menyebutkan bahwa kelenteng ini dibangun pada tahun 1335.
Klenteng Cu An Kiong Lasem ini diyakini sebagai klenteng atau tokong tertua di Pulau Jawa. Klenteng yang terletak di Jl. Dasun No.19, Pereng, Soditan, Kec. Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah tersebut, sekarang menjadi salah satu bangunan cagar budaya. (TR)
