JEJAK KATA, Tangerang – Proses perjalanannya dalam berkarya, mengalir secara natural dan otodidak. Namun karena dedikasi, ketekunan serta kecintaannya pada dunia seni rupa, karya-karyanya mengantarkan dirinya menjadi seniman lukis yang cukup mumpuni. Itulah Amor Pandawa Lima, pelukis Tangerang yang telah melahirkan ratusan bahkan ribuan karya lukisan.
Tidak hanya untuk dirinya sendiri, kecintaannya pada dunia seni rupa juga telah memboyong empat saudaranya hidup dalam jalurnya, yang kemudian muncul sebutan Pandawa Lima. Istilah Pandawa Lima ini sendiri merupakan tokoh pewayangan yang terdiri dari lima bersaudara, yaitu Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Mereka merupakan keturunan Prabu Pandu, Raja Hastinapura dalam wiracarita Mahabharata.

Nah, bicara soal karya-karya Amor Pandawa Lima, sudah dua puluh tahunan Amor menjadikan kuda sebagai objek lukisanya. Dengan melukis kuda Amor mengaku bahwa dirinya dapat menuangkan berbagai ide dalam berkarya. Lukisan kuda milik Amor Pandawa Lima ini merepresentasikan kehidupan sosial, budaya, politik, religi, kasmaran, hingga perkara dunia sampai akhirat.
“Kuda adalah mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang hampir sempurna setelah manusia,” ujar Amor.
“Banyak seniman penyair, pujangga, pematung, pengusaha, penguasa yang menjadikan kuda sebagai objek karya-karyanya. Ada juga yang menjadikan kuda sebagai simbol pekerja keras, keperkasaan, kekuatan, kemewahan,” lanjut Amor.

Lebih dari 40 lukisan karya Amor, dikoleksi oleh konglomerat James Riady, seorang pebisnis Indonesia yang merupakan ketua dari Lippo Group. James Riady adalah orang Tionghoa-Indonesia, dan merupakan anak dari Mochtar Riady, pendiri Lippo Group. Namun, untuk karya-karya yang dikoleksi oleh James Riady, ini lebih karya-karya realis.
Selain dikoleksi oleh James Riady, puluhan karyanya juga dipinang oleh Albert Salim, putra dari Soedono Salim alias Liem Sioe Liong. Untuk karya-karya yang dikoleksi oleh Albert Salim sendiri, ini lebih didominasi lukisan-lukisan kuda. (*