JEJAK KATA, Kota Tangerang – Meskipun secara administratib berdiri pada 25 Februari 1993, Kota Tangerang memiliki Sejarah tua yang sampai hari ini menjadi kekayaan budaya dan kearifan lokal yang masih tetap lestari. Kota Tangerang lahir dari ‘rahim’ Kabupaten Tangerang.
Toleransi yang merupakan warisan pendahulunya sejak berabad-abad silam, tak lekang meski dihadapkan dengan dinamika kehidupan masyarakatnya yang beragam.
Hal ini dibuktikan dengan masih kokohnya dua tempat ibadah yang berdampingan, tetapi masih menghormati satu sama lainnya, yaitu Masjid Jami Kalipasir yang terletak di wilayah Kelurahan Sukasari dan Klenteng Boen San Bio yang hanya berjarak beberapa meter.
Pemerintah Kota meyakini masjid tersebut berdiri pada tahun 1700, namun versi lain mengatakan masjid ini berdiri 1640 Masehi. Pun demikian, terlepas dari itu semua, masjid ini telah menjadi bukti keharmonisan warga Kota Tangerang dari beragam etnis.

Berbagai sumber menyebutkan bahwa masjid yang berukuran sekitar 288 meter persegi ini didirikan oleh Tumenggung Pamit Wijaya, yaitu bangsawan Kahuripan dibantu oleh warga muslim sekitar dan warga Tionghoa.
Awalanya, Tumenggung Pamit Wijaya ingin melakukan syiar Islam dari Kesultanan Cirebon ke wilayah Banten. Namun, ia singgah di Tangerang dan mendirikan sebuah masjid. Pada tahun 1712 kepengurusan masjid dilanjutkan oleh putranya yang bernama Raden Bagus Uning Wiradilaga.
Meskipun saat ini masjid tersebut sudah beberapa kali mengalami renovasi, namun bentuk bangunan bergaya Arab, Tionghoa dan Eropa masih sampak. Empat kayu penyangga yang berada dalam masjid itu juga masih tetap berdiri, meskipun sudah terlihat mulai keropos dan disanggah dengan sejumlah besi.
Dilansir dari situs website tangerangkota.go.id, meskipun ada sejumlah artefak dan benda-benda sejarah hilang dari masjid tersebut, namun masih terdapat beberapa bukti Sejarah pada titik di sekitar masjid, salah satunya adalah makam para bangsawan kerajaan yang terletak di pelataran masjid.
Di belakang masjid ini juga terdapat makam Bupati Tangerang, Raden H Ahmad Penna. Akan tetapi, keberadaan makam tokoh Tangerang ini tidak banyak diketahui masyarakat umum. (*






