SEBAGAI daerah berjuluk Kota Seribu Pabrik, Kabupaten Tangerang memiliki banyak keunikan, yang diantaranya adalah krativitas masyarakatnya dalam mendulang perekonomian. Misalnya, ketika perusahaan-perusahaan berskala internasional berinvestasi di daerah ini, pabrik alas kaki contohnya, ini mempengaruhi bagaimana cara masyarakat yang hidup di daerah tersebut, juga menjadi bagian dari produsen alas kaki. Meski hanya kelas rumahan, namun secara ekonomi tidak kalah menjanjikan.
Destinasi Wisata Alam Danau Bekri Recommended untuk Releksasi
Nah, bicara soal alas kaki ini, terdapat ribuan produsen alas kaki rumahan yang tersebar di beberapa wilayah kecamatan, di kabupaten Tangerang, seperti Cikupa, Pasar Kemis, Balaraja, Panongan, Curug, Cisoka dan sekitarnya. Dalam sepuluh tahun ini, produsen alas kaki rumahan tersebut sudah mengalami transformasi yang cukup jempol. Sudah banyak yang memiliki pabrik sendiri. Dari yang dulu kecil, sekarang sudah menengah, bahkan sudah ada yang mulai besar.
Bingkai Banjir di Kota Seribu Pabrik (Kabupaten Tangerang) 2013 dan 2020
Hebat, memang mereka. Dengan hanya bermodalkan kerja keras serta pengalaman pernah bekerja di pabrik alas kaki, sepatu, mampu mengimplementasikannya dengan mengangkat warga sekitar untuk bisa mendapatkan lapangan pekerjaan. Terutama masyarakat yang tidak memiliki ijazah tinggi dan bisa diterima di pasar kerja perusahaan-perusahaan besar. Satu produsen atau perajin alas kaki bisa mempekerjakan lima sampai puluhan, bahkan ratusan tenaga kerja. Bagimana, luar biasa bukan?
Kebon Djati Diri, Suguhkan Konsep Pemberdayaan Ekonomi Kreatif
Namun, di balik kesuksesan para pelaku usaha alas kaki ini, ada ancaman besar yang cepat atau lambat, sewaktu-waktu bisa menghambat. Karena, produk yang mereka buat dan sudah menyebar hampir di setiap wilayah, di Indonesia ini masih didominasi oleh produk bajakan alias “nembak” merek-merek terkenal dari perusahaan-perusahaan raksasa. Bagi yang apes, tidak sedikit yang berurusan dengan hukum.
Serba salah memang, maju salah mundur bisa parah. Karena, bila maju lalu apes dan digugat oleh perusahaan raksasa pemegang hak merek lantaran tuduhan plagiat, tidak sedikit yang gulung tikar, dipenjara malah. Begitu pun jika mundur, bisa parah pula, “periuk”.
Menyingkap Sejarah Cheng Ho dan Peradaban Islam di Tanah Lasem
Lalu, bagaimana agar bisa tetap bertahan hidup dan bisa memberikan penghidupan bagi orang-orang di sekitarnya?
Perlu bergandengan tangan, kompak membangun ekonomi kerakyatan yang berkeadilan. Pemerintah hadir, kesadaran masyarakat terbangun, serta tidak “sok-sokan” pakai barang bermerek kalau itu nyatanya palsu. Budaya malu memakai produk bajakan harus dibumikan, agar hidup tidak hanya berpura-pura. Karena, rakyat yang hebat adalah rakyat yang menghargai sesama rakyat, serta membeli dan memakai produk buatan rakyat! Agar para produsen atau perajin alas kaki tidak terlena oleh kepalsuan dan kepura-puraan. Ya, dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat!
Kualitas harus diutamakan bos
Kaos kaki merk bajakan?Mending bikin kaos kaki bajak laut. Diyakini belum ada.