Seni dan Hiburan

Zulhijah, Bulan Orang Hajatan: Musim Panen Grup Tarling dan Organ Tunggal

×

Zulhijah, Bulan Orang Hajatan: Musim Panen Grup Tarling dan Organ Tunggal

Sebarkan artikel ini
Salah satu penampilan grup tarling Anica Nada Cirebon | Istimewa

JEJAK KATA, Cirebon – Panggung tarling dangdut yang megah itu berdiri di atas kali yang memisahkan permukiman penduduk dan persawahan. Dari panggung tersebut dentuman musik tarling dangdut mulai membahana sejak pukul sepuluh pagi mengiringi goyangan para penyanyi yang bernyanyi sambil menerima saweran dari para tamu yang turut berjoget di atas panggung. Masyarakat dari berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga para manula menonton penyanyi membawakan lagu dengan tarian yang meliuk-liuk dan busana yang menonjolkan bagian-bagian tubuh tertentu.

Pemandangan seperti itu akan lebih sering kita temui pada bulan Zulhijah. Karena pada bulan yang biasa disebut sebagai Bulan Haji tersebut banyak orang menggelar hajatan pernikahan maupun khitanan, sehingga disebut bulan hajatan. Tradisi ini terdapat di wilayah Pulau Jawa, termasuk daerah pesisir Cirebon bagian timur. Entah sejak kapan bulan Zulhijah dijadikan bulan untuk menggelar hajat pernikahan maupun khitanan, yang jelas bulan Zulhijah menjadi bulan panen bagi grup-grup musik tarling maupun organ tunggal.

Grup musik organ tunggal biasanya ditanggap kalangan berkantong sedang. Adapun bagi mereka yang berkantong lebih tebal akan menghadirkan grup musik tarling dangdut. Grup musik organ tunggal lebih murah karena peralatan musik dan panggungnya lebih kecil dan tidak semegah panggung grup musik tarling dangdut.

Antusias warga saat menonton kesenian tarling Cirebonan | Istimewa

Di wilayah Cirebon ada beberapa grup musik tarling dangdut yang terkenal dan menjadi impian bagi warga daerah ini untuk menyewa atau menanggap mereka saat hajatan. Dari sejumlah grup musik tarling dangdut di wilayah Cirebon, yang paling terkenal adalah Anica Nada dan Dian Prima. Grup tarling dangdut Anica Nada yang didirikan oleh penyanyi tarling Cirebonan Dian Anic ini memasang tarif 40-50 juta, mulai pukul sepuluh pagi hingga 12 malam. Sedangkan Dian Prima yang dimiliki penyanyi tarling terkenal dan lebih senior Diana Sastra lebih mahal lagi, hingga menyentuh ratusan juta.

“Saya sebenarnya pengin nanggap Diana Sastra, tapi mahal. Akhirnya saya nanggap Anica Nada,” ujar Pardi (45), yang menanggap grup musik tarling dangdut untuk acara hajatan menikahkan dan khitanan anak-anaknya.

Dian Anic, pimpinan Anica Nada, mengakui bahwa bulan Zulhijah memang bulan yang sangat sibuk bagi grup musik tarling dangdut yang dipimpinnya. Jadwalnya padat, hampir tiap hari ditanggap, bukan hanya di wilayah Cirebon, tapi juga Indramayu Kuningan, Majalengka, Brebes, Tegal, bahkan Bandung.

Wahid, pimpinan organ tunggal Tunggal Nada, punya cerita serupa. Dia menuturkan, bulan Zulhijah ramai orang nanggap. Wahid memasang tarif 11-15 juta untuk ditanggap sehari semalam. “Grup musik organ tunggal makin banyak. Tapi rejeki nggak akan tertukar,” katanya. (Aris Kurniawan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *