GELIAT politik jelang Pilkada serentak sudah mulai riuh gegap gempita. Semarak gambar-gambar bakal calon atau kandidat yang ingin merebut kursi nomor satu dan nomor dua sebagai kepala daerah dan wakilnya, semakin liar: aneka rupa ‘dijereng’, dipajang di sembarang tempat tak beraturan.
Pemandangan menjadi kian semrawut. Entah, barapa berat onggokan sampah baliho serta spanduk itu jika ‘dikilo’ ke tukang rongsok.
Coba lihat! Perempatan jalan, sudut-sudut tempat, tiang listrik, pepohonan, tidak ada celah lagi, gambar-gambar kandidat kepala daerah, ‘nemplok’ sembarangan. Aji mumpung! Mumpung aturan main belum ditabuh, sehingga apa saja yang bisa dijadikan ruang agitasi atau propaganda, ‘bodong’ sekali pun, “Hajar Bleh!”
Akan kah ketika aturan main sudah didengungkan, dan imbauan segala rupa tempat yang dijadikan ruang propaganda ‘gelap’ harus bersih dan rapi, oknum-oknum yang dengan sengaja ‘menemplokkan’ gambar-gambar itu sigap bergerak mengembalikan keadaan?
Polri Sita Dokumen dan Barbuk Elektronik Kasus Kementerian ESDM
Ehem, belum tentu! Mbel Gedes!
Dari masa ke masa, ini banyak menjadi beban penyelenggara pesta politik dibantu aparatur pemerintah. Hanya gambar kandidat yang terpasang di ruang-ruang komersial dan ‘kulonuwun’ dengan pemangku kebijakan karena aturan bisnis yang telah disepakati. Selebihnya, mereka yang liar, “Bablas Angine!”
Enggak mikir kalau persoalan sampah makin hari makin menggila!
Tabligh Akbar Habib Geys A. Assegaf Ramaikan Festival Al A’zom
Selalu begitu memang setiap kali pesta politik digelar. Selebihnya, tak sedikit yang menyisakan perang gugatan lantaran saling klaim telah dicurangi oleh rival-nya.
Begitulah, riuh gegap gempita dan kesemrawutan jelang pesta politik (jelang Pilkada). Rasa takut tidak dikenal, rasa takut tidak ada yang mau ‘nyoblos’ telah mengalahkan akal sehat serta etika dalam menjaga keindahan lingkungan. (*
Penulis:
Widi Hatmoko
Jurnalis/Penggiat Media Sosial/Seniman